Jumat, 17 April 2015

Atasi Hama Ulat Daun Bawang Merah Dengan PDTO dan PHTOC

Ulat bawang (Spodoptera exigua) merupakan hama utama yang umum merusak tanaman bawang merah. Dengan adanya serangan hama ini, akan terjadi penurunan produksi bawang merah atau bahkan kehilangan hasil yang tidak sedikit jika tidak dilakukan upaya Pencegahan dan pengendalian.

Dengan menggunakan produk PDTO (Pupuk Daun dan Tanaman Organik) dan Dicampur PHTOC (Pembasmi Hama Tanaman Organik Cair) yang diproduksi oleh Kelompok Tani Bina Mitra Cendikia, Kabupaten Bondowoso, Propinsi Jawa Timur, insyaAllah kupu-kupu pembawa bibit telur ulat daun tidak hinggap di tanaman bawang merah kita.



Formula STOC Dapat Digunakan Sebagai Mikroba Pengurai limbah

Formula STOC dapat di gunakan sebagai mikroba pengurai limbah cair industri atau limbah cair rumah sakit.

Dengan perbandingan 5 kubik limbah industri atau 10 kubik limbah cair rumah sakit, insyaAllah dapat di netralisir dengan 1 liter/1 botol formula STOC.

Selain itu pula formula STOC dapat di gunakan untuk pengurai tinja di wc yaitu dengan pemberian 7 tutup botol berturut-turut selama 3 hari di lubang kloset. insyaAllah tinja yang ada di dalam septictank terurai menjadi cair.



Kamis, 16 April 2015

Formula PDTO BMC Dapat Menyembuhkan Tanaman CABE Dari Serangan VIRUS TRIPS (Keriting Daun)

Salam pertanian organik ! Kali ini saya ingin sedikit membahas tentang tanaman cabe khususnya mengenai hama keriting daun pada tanaman cabe. Sebenarnya ada beberapa penyebab yang mengakibatkan daun tanaman cabe menjadi keriting. Supaya kita mengetahui cara mengendalikan hama yang menyebabkan gejala keriting daun cabe tersebut pasti harus didasari oleh pengetahuan tentang penyebab keriting daun cabe tersebut.

  1. Keriting daun cabe yang disebabkan oleh trips. Gejala keriting pada daun tanaman cabe sebagian besar disebabkan oleh hama trips. Gejala yang ditimbulkan oleh trips pada daun cabe adalah adanya daun yang keriting dengan bentuk lekukan yang menggulung ke atas. Biasanya serangan trips diikuti dengan gejala rontoknya bunga cabe. Pada permukaan daun bagian atas biasanya juga terdapat lapisan mengkilap seperti perak. Hama tanaman ini sangat mudah dilihat kasat mata pada bunga-bunga tanaman cabe dan didalam gulungan daun cabe, berbentuk kecil memanjang seperti semut hitam dengan warna ada yang hitam dan hijau. Binatang ini bisa bergerak cepat dan mudah meloncat.


  2. Keriting daun cabe yang disebabkan oleh tungau. Tungau menyerang tanaman cabe dengan memberikan gejala yang khas, yaitu daun yang terserang akan melengkung ke bawah dengan rapih. Serangan tungau biasanya terjadi pada daun yang ketiga sampai kebawah. Jika daun yang menggulung dibuka dan diperhatikan secara teliti maka permukaan daun bagian bawah akan terdapat binatang yang sangat lembut sekali (selembut tepung) yang bergerak secara perlahan-lahan. Warna tungau pada permukaan daun biasanya hijau muda.


  3. Keriting daun cabe yang disebabkan oleh virus. Virus pada tanaman cabe biasanya disebarkan oleh hama vektor myzus dan bemisia (kutu kebul). Jika virus menyerang pada tanaman cabe akan memberikan gejala yang bermacam-macam sesuai denga jenis virusnya. Salah satu gejala yang akibatkan oleh virus tanaman cabe adalah adanya daun tanaman cabe yang menggulung atau kita sebut keriting. Keriting daun yang disebabkan oleh virus dapat dibedakan dengan penyebab lain karena virus ini akan menyebabkan sebagian besar daun cabe menggulung. Hal ini berbeda dengan gejala yang diakibatkan oleh trips maupun tungau yang akan menggulung tanaman cabe hanya daun bagian ujung saja. Gejala keriting daun oleh Virus kadang-kadang juga dikuti oleh kerdilnya tanaman dan berubahnya warna daun.

Setelah kita mengetahui beberapa penyebab keriting daun cabe tentunya ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mencegah dan mengendalikan hama penyebab keriting tersebut:

  1. Sanitasi lingkungan dengan membersihkan gulma di lahan maupun di sekitar lahan

  2. Gunakan mulsa plastik hitam perak

  3. Jarak tanam jangan terlalu rapat

  4. Siramlah tanaman cabe dengan munggunakan formula PDTO untuk satu tangki semprotan 7 tutup botol

Formula PDTO BMC Dapat Menyembuhkan Tanaman Padi Dari Serangan VIRUS TUNGRO

Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama.

Virus tungro hanya ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah species wereng hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens merupakan wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.

Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.

  1. Penyakit Tungro

    Merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman padi (Oryza sativa). Penyakit ini menyebar tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi juga di beberapa negara Asia lainnya seperti India, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi dua virus, yaitu virus bentuk batang Rice tungro bacilliform badnavirus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice tungro spherical waikavirus (RTSV).

    Kedua jenis virus tersebut dapat berada di dalam suatu sel secara bersama-sama karena antara satu virus dengan yang lainnya tidak terjadi proteksi silang. Dalam menyebaran kedua virus penyebab penyakit tungro ini membutuhkan vector, yaitu oleh wereng hijau (Nephotettix virescen) secara semipersistensi(lamanya virus ditahan dalam vektor hanya beberapa hari). Hal ini dikarenakan kedua virus tersebut tidak mempunyai alat gerak untuk berpindah dari suatu tempat ketempat lain.

    Tanaman padi yang terinfeksi virus tungro menunjukkan gejala perubahan warna pada daun muda, yaitu menjadi kuning-oranye dan umumnya perubahan warna daun dimulai dari ujung daun, tanaman padi menjadi kerdil, jumlah anakan sedikit, dan pertumbuhannya terhambat.

    Berat dan ringannya gejala yang yang tampak menunjukkan tingkat keparahan penyakit pada tanaman padi yang terinfeksi virus tungro. Tingkat keparahan penyakit tungro sendiri tergantung pada tingkat ketahanan varietas padi dan umur tanaman padi pada saat terinfeksi. Tanaman padi yang muda umumnya lebih rentan terhadap infeksi virus tungro dibandingkan tanaman tua.

    Secara morfologis tanaman padi yang tertular virus tungro menjadi kerdil, daun berwarna kuning sampai kuning jingga disertai bercak-bercak berwarna coklat. Perubahan warna daun di mulai dari ujung, meluas ke bagian pangkal. Jumlah anakan sedikit dan sebagian besar gabah hampa.

    Infeksi virus tungro juga menurunkan jumlah malai per rumpun, malai pendek sehingga jumlah gabah per malai rendah. Serangan yang terjadi pada tanaman yang telah mengeluarkan malai umumnya tidak menimbulkan kerusakan fatal.

    Tinggi rendahnya intensitas serangan tungro ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya: ketersediaan sumber inokulum (tanaman terserang), adanya vektor (penular), adanya varietas peka dan kondisi lingkungan yang memungkinkan, namun keberadaan vektor yang mengandung virus adalah faktor terpenting.

    Intensitas penyakit tungro juga dipengaruhi oleh tingkat ketahanan varietas dan stadia tanaman. Tanaman stadia muda, sumber inokulum tersedia dan populasi vektor tinggi akan menyebabkan tingginya intensitas serangan tungro. Ledakan tungro biasanya terjadi dari sumber infeksi yang berkembang pada pertanaman yang tidak serempak.


  2. Inveksi Virus Tungro

    Infeksi penyakit ini menyebabkan tanaman kerdil, daun muda berwarna kuning dari ujung daun, daun yang kuning nampak sedikit melintir dan jumlah anakan lebih sedikit dari tanaman sehat. Secara umum hamparan tanaman padi terlihat berwarna kuning dan tinggi tanaman tidak merata, terlihat spot-spot tanaman kerdil.

    Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yaitu virus bentuk batang (RTBV: rice tungro bacilliform virus) dan bentuk bulat (RTSV : rice tungro sperical virus) yang hanya dapat ditularkan oleh wereng, terutama yang paling efisien adalah spesies wereng hijau Nephotettix virescens Distant. Wereng hijau dapat mengambil kedua virus tersebut dari singgang, bibit voluntir (ceceran gabah saat panen yang tumbuh), teki, dan eceng. Wereng hijau spesies N. virescens telah mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Populasi N.virescens jarang mencapai kepadatan populasi tinggi sehingga tidak menimbulkan kerusakan langsung. Adanya kebiasaan pemencaran imago terutama di daerah tanam tidak sermpak, meskipun populasinya rendah apabila ada sumber inokulum efektif menyebarkan tungro.


  3. Cara Pengendalian Virus Tungro

    1. Sebelum padi disemai untuk bibit, direndam dahulu selama 24jam bibit padi dengan formula PDTO dengan perbandingan satu tutup botol untuk satu liter air,
    2. Waktu tanam tepat Singgang merupakan sumber inokulum virus tungro. Agar terhindar dari infeksi virus yang berasal dari singgang, maka persemaian dilakukan paling tidak 5 (lima) hari setelah pengolahan tanah selesai dan tidak ada lagi singgang. Tanam diupayakan seawal mungkin sehingga pada saat populasi wereng hijau mencapai puncak, tanaman padi sudah berumur > 60 hari dan lebih tahan tungro. Waktu tanam yang tepat dapat ditentukan dengan memperhatikan fluktuasi populasi wereng daun hijau dan keberadaan tungro tahunan.
    3. Bibit sehat Jangan memindahkan/menggunakan bibit dari daerah endemis tungro.
    4. Tanam serentak Untuk membatasi keberadaan umur tanaman yang rentan terhadap perkembangan dan penularan virus tungro dilakukan upaya tanam serentak pada hamparan seluas-luasnya/unit hamparan pengairan.
    5. Pergiliran tanaman Dilakukan pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi/bukan inang virus tungro.
    6. Penggunaan varietas tahan Penggunaan varietas tahan sesuai dengan keadaan setempat. Varietas tahan virus tungro: Tukad Petanu, Tukad Unda, Tukad Balian, Kalimas, dan Bondoyudo, serta varietas agak tahan virus tungro: yang baru dilepas tahun 2009: Inpari 8 dan Inpari 9.
    7. Pergiliran varietas tahan Penanaman varietas tahan yang sama secara terus menerus di areal yang luas akan memberikan tekanan seleksi yang tinggi bagi vektor dan virus. Hal ini akan memunculkan strain/koloni baru yang dapat mematahkan varietas tahan. Wereng hijau dikenal cepat beradaptasi terhadap varietas tahan, dengan demikian pergiliran varietas dapat mencegah atau menunda munculnya strain/koloni baru.
    8. Sanitasi dan Eradikasi. Eradikasi dilakukan dengan cara pengolahan tanah dan pembenaman sumber tungro yang dibarengi dengan penyemprotan formula PDTO , untuk menghilangkan atau menekan jumlah sumber tungro dan sekaligus menekan terjadinya penularan virus tungro lebih lanjut. Sanitasi dilakukan dengan cara mencabut dan membenamkan tanaman terserang, turiang/singgang dan rumput yang menjadi inang.
    9. Pengendalian vektor Di daerah endemis tungro dilakukan aplikasi dengan penyemprotan formula PDTO untuk serangan tungro yang ringan gunakan 9 tutup botol dalam satu tangki semprotan, jika dianggap parah serangannya campurkan formula PDTO 17 tutup dalam satu tangki semprotan….Insya Allah tanaman padi kita sembuh dari serangan virus tungro.

Penjelasan Tentang Hormon Tumbuhan

Dalam dunia pertanian, penggunaan hormon tumbuhan atau dikenal juga dengan istilah ZPT merupakan faktor pendukung yang dapat memberikan kontribusi besar dalam keberhasilan usaha budidaya pertanian. Namun, penggunaan hormon ini harus dilakukan dengat tepat. Pemahaman mengenai fungsi dan peran hormon terhadap laju pertumbuhan maupun perkembangan tanaman sangat penting. Oleh karena itu, pada artikel ini akan kami uraikan mengenai ZPT (Zat Pengatur Tumbuh) dengan harapan bisa memberikan kontribusi dalam usaha agribisnis pertanian.

Hormon yang sering disebut juga fitohormon merupakan sekumpulan senyawa organik, baik yang terbentuk secara alami maupun buatan. ZPT dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan suatu reaksi atau tanggapan baik secara biokimia, fisiologis maupun morfologis, yang berfungsi untuk mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan, maupun pergerakan taksis tanaman atau tumbuhan baik dengan mendorong, menghambat, atau mengubahnya. "Kadar kecil" yang dimaksud berada pada kisaran satu milimol per liter sampai satu mikromol per liter. ZPT berbeda dengan unsur hara atau nutrisi tanaman, baik dari segi fungsi, bentuk, maupun senyawa penyusunnya.
 

Secara ilmiah, penggunaan istilah hormon tumbuhan sebenarnya mengadopsi analogi fungsi hormon pada binatang. Dilihat dari cara produksinya, hormon pada tumbuhan berbeda dengan hormon pada binatang yang dihaslkan dari jaringan spesifik berupa kelenjar endokrin, tetapi ZPT ini dihasilkan oleh suatu jaringan nonspesifik, biasanya dari jaringan merismatik, yang dapat diproduksi jika mendapatkan rangsangan. Penyebaraan hormon pada seluruh jaringan tumbuhan bisa terjadi dengan sangat mudah, karena penyebarannya bisa melalui ruang antarsel atau disebut dengan sitoplasma, sehingga dalam penyebarannya tersebut, Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) tidak harus melalui sistem pembuluh pengangkut.
 

Secara individu, tumbuhan akan memproduksi sendiri hormon setelah mengalami rangsangan. Proses produksi hormon dilakukan secara endogen oleh tumbuhan. Rangsangan yang dapat mempengaruhi produksi hormon misalnya lingkungan. Lingkungan merupakan faktor penting yang dapat memicu tumbuhan untuk memproduksi hormon. Setelah menghasilkan hormon hingga pada ambang konsentrasi tertentu, maka sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai menunjukkan reaksi sehingga akan menimbulkan perubahan fisiologis pada tumbuhan.
 

Dengan demikian, tumbuhan akan mulai menunjukkan ekpresi atas pengaruh suatu rangsangan yang telah memicu produksi hormon tersebut. Dari sudut pandang evolusi tumbuhan, hormon tumbuhan merupakan suatu mekanisme pertahanan diri terhadap pengaruh-pengaruh yang diterimanya sehingga dapat terus mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya.
 

Selain dapat dipengaruhi hormon yang diproduksinya sendiri, tumbuhan juga dapat dipengaruhi oleh hormon yang diterimanya dari luar. Pemberian ZPT dari luar sistem individu disebut juga dengan hormon eksogen, yaitu dengan memberikan bahan kimia sintetik yang dapat berfungsi dan berperan seperti halnya hormon endogen, sehingga mampu menimbulkan rangsangan dan pengaruh pada tumbuhan seperti layaknya fitohormon alami.
 

Di sisi lain zat pengatur tumbuh dapat berfungsi sebagai prekursor, yaitu senyawa yang dapat mendahului laju senyawa lain dalam proses metabolisme, dan merupakan bagian dari proses genetik tumbuhan itu sendiri. Oleh karena itu, untuk membedakan pengertian hormon pada tumbuhan dengan hormon pada binatang, maka dalam dunia pertanian dipakai istilah Zat Pengatur Tumbuh tumbuhan atau ZPT atau dalam bahasa Inggris disebut plant growth regulator/substances. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kepentingan intensifikasi dalam budidaya di sektor pertanian, maka ZPT banyak digunakan terutama untuk meningkatkan kualitas serta kuantitas hasil produksi.
 

JENIS HORMON TUMBUHAN

Beberapa fungsi Hormon yang bisa diterapkan dalam dunia pertanian diantaranya ialah:
 

1. AUKSIN
Hormon Auksin banyak ditemukan pada akar, ujung batang, dan bunga. Fungsi hormon auksin dalam petumbuhan tanaman adalah sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang ujung meristem. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan, sehingga dapat digunakan untuk memacu kecepatan pertumbuhan tanaman pada budidaya yang dilakukan secara intensif.

Dengan fungsi dan peran penting hormon auksin tersebut, maka dalam dunia pertanian sering digunakan seperti dalam membantu proses pertumbuhan (baik pertumbuhan akar maupun pertumbuhan batang), untuk memecah masa dormansi sehingga dapat mempercepat perkecambahan pada biji, membantu proses pembelahan sel sehingga dapat digunakan untuk mempercepat pembesaran jaringan tumbuhan, mempercepat pemasakan buah, serta untuk mengurangi jumlah biji dalam buah. Hormon auksin akan bekerja secara sinergis dengan dua hormon lain, yaitu sitokinin dan giberelin.

Tumbuhan yang mengalami etiolase atau kekurangan cahaya matahari dan hanya pada salah satu sisinya saja yang mendapat sinar mata hari, maka pertumbuhan sisi yang terkena sinar matahari akan lebih lambat dibanding dengan sisi yang tidak terkena sinar matahari. Hal ini disebabkan kerja hormon auksin terhambat oleh cahaya matahari. Sementara pada sisi tumbuhan yang tidak terkena sinar matahari biasanya akan tumbuh lebih cepat dan lebih panjang, karena hormon ini bekerja dengan optimal dan tidak terhambat oleh pengaruh cahaya matahari. Produksi hormon auksin yang berlebihan tersebut akan cenderung mengarahkan pertumbuhan pada ujung tumbuhan yang tidak terkena matahari menuju ke arah cahaya atau disebut proses fototropisme, sehingga produksi hormon ini dapat dikendalikan oleh individu tumbuhan tersebut.

Dengan pemahaman tersebut, maka dapat dibuat analogi secara sederhana mengenai tumbuhan yang kelebihan hormon auksin. Jika suatu tumbuhan ditempatkan di tempat yang kekurangan sinar matahari, maka pertumbuhannya akan lebih cepat dibanding dengan di tempat terbuka. Bekerjanya hormon auksin pada tumbuhan yang tumbuh dengan kekurangan sinar matahari mengakibatkan pertumbuahan batang yang lebih besar dan panjang dengan warna daun agak kekuningan, dan struktur batang tampak lebih lemah atau lemas. Sedangkan tumbuhan di tempat terbuka, produksi hormon auksin terhambat oleh sinar matahari sehingga pertumbuhannya sedikit terhambat, tetapi memiliki struktur batang yang kokoh dan warna hijau daun yang lebih gelap.

Secara umum, sistem kerja hormon auksin adalah menginisiasi pemanjangan dan pembesaran sel serta memacu protein tertentu yg ada di membran plasma sel untuk memompa ion H+ ke dinding sel. Ion H+ mengaktifkan enzim tertentu sehingga memutuskan beberapa ikatan silang hidrogen dengan rantai molekul selulosa penyusun dinding sel. Sel tumbuhan kemudian memanjang akibat air yang masuk secara osmosis melalui dinding sel. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa auksin merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang banyak mempengaruhi proses fisiologi, seperti pertumbuhan, pembelahan dan diferensiasi sel serta sintesa protein.

Menurut Gardner, dkk., 1991, tumbuhan memproduksi hormon auksin dalam jaringan meristem aktif, yaitu jaringan tumbuhan yang memiliki sel aktif yang dapat membelah dengan cepat. Jaringan meristem pada tumbuhan, misalnya tunas di ketiak daun, pucuk tanaman, daun muda, dan buah. Setelah diproduksi dalam jaringan tersebut, auksin akan menyebar ke seluruh bagian tumbuhan dengan arah penyebaran dari bagian atas tumbuhan ke bagian bawah hingga mencapai titik tumbuh akar. Penyebaran auksin tersebut melalui jaringan pembuluh tapis (floem) atau jaringan parenkhim.


Auksin merupakan hormon yang juga dikenal dengan istilah Indole Acetic Acid (IAA), atau asam indolasetat, sebagai auksin utama pada tanaman, yang mengalami proses biosintesis dari asam amino prekursor triptopan, dengan hasil perantara sejumlah substansi yang secara alami mirip auxin (analog) tetapi mempunyai aktifitas lebih kecil dari IAA seperti IAN (Indolaseto nitril), TpyA (Asam Indolpiruvat) dan IAAld (Indolasetatdehid). Proses biosintesis auxin dibantu oleh enzim IAA-oksidase.

IAA atau C10H9O2N, sebagai rumus kimia auksin, merupakan hasil isolasi yang dilakukan pada tahun 1928, dengan menggunakan tepung sari bunga yang tidak aktif. Dengan ditemukannya IAA, maka untuk perkembangan selanjutnya seiring dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dapat diciptakan auksin sintesis, seperti Amiben atau Kloramben (Asam3-amino2, 5–diklorobenzoat), Hidrazil atau 2,4-D (asam-Nattalenasetat), Bonvel Da2, 4-Diklorofenolsiasetat), Pikloram/Tordon (asam4–amino–3,5,6–trikloro–pikonat), dan NAA (asam (asam 3,6-Dikloro-O-anisat/dikambo).
 

Fungsi auksin dalam pertumbuhan tanaman:
  • Pemberian auksin pada biji atau benih akan memecah dormansi dan akan merangsang proses perkecambahan biji. Perendaman biji/benih dengan auksin juga dapat meningkatkan kuantitas hasil panen.
  • Memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar dengan lebih baik.
  • Auksin akan merangsang dan mempertinggi prosentase timbulnya bunga dan buah.
  • Merangsang terjadinya proses Partenokarpi. Partenokarpi adalah suatu kondisi dimana tumbuhan mampu membentuk buah tanpa proses fertilisasi atau penyerbukan, sehingga dengan pemberian hormon auksin dapat menghasilkan buah tanpa biji.
  • Mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya.
  • Memecah dormansi pucuk/apikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tumbuhan atau akar tidak mau berkembang.

2. SITOKININ
Hormon sitokinin berperan penting dalam merangsang pembelahan sel tumbuhan. Sitokonin berasal dari kata cytokinin yang berarti terkait dengan pembelahan sel. Senyawa dari hormon sitokinin yang pertama kali ditemukan adalah kinetin. Pada awalnya, kinetin diperoleh dari ekstrak sperma burung bangkai, namun kemudian diketahui bahwa kinetin juga bisa ditemukan pada manusia dan tumbuhan. Selain kinetin, senyawa lain yang dapat berfungsi sebagai hormon sitokinin adalah zeatin. Zeatin bisa diperoleh dari ekstrak biji jagung yang masih muda.


Kemudian pada perkembangan berikutnya, zeatin juga diketahui sebagai komponen aktif utama pada air kelapa. Dengan demikian, air kelapa juga memiliki kemampuan untuk merangsang pembelahan sel. Sitokinin alami lain misalnya adalah 2iP. Sitokinin alami merupakan turunan dari purin. Sitokinin sintetik kebanyakan dibuat dari turunan purin pula, seperti N6-benziladenin (N6-BA) dan 6-benzilamino-9-(2-tetrahidropiranil-9H-purin) (PBA).
 

Fungsi sitokinin bagi pertumbuhan tanaman:
  • Memacu pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dengan merangsang proses pembelahan dan pembesaran sel.
  • Merangsang perkecambahan dengan memecah fase dormansi pada biji, sehingga pertumbuhan bibit dapat berlangsung dengan cepat.
  • Memacu pertumbuhan tunas-tunas baru.
  • Hormon sitokinin dapat menunda penuaan pada hasil panen, sehingga daya tahan hasil panen lebih lama.
  • Menaikkan tingkat mobilitas unsur-unsur dalam tumbuhan.
  • Sintesis pembentukan protein akan meningkat dengan pemberian hormon sitokinin.

3. GIBERELIN
Jenis hormon yang mempunyai kemiripan sifat dengan auksin ini merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat ditemukan pada hampir semua siklus hidup tumbuhan. Giberelin sering disebut dengan GA (gibberellic acid) atau asam giberelat.

Dalam tumbuhan, melalui xilem dan floem hormon giberelin (GA) ditransportasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Giberelin banyak dijumpai pada tumbuhan paku, jamur, lumur, gymnospermae, dan angiospermae (terdapat pada biji muda, pucuk batang, ujung akar, dan daun muda).

Zat pengatur tumbuh ini dapat ditemukan dalam dua fase utama yaitu giberelin aktif (GA Bioaktif) dan giberelin nonaktif. GA bioaktif inilah yang mengontrol pertumbuhan dan perkembangan seluruh tumbuhan baik akar, daun maupun batang tanaman, seperti pengembangan benih, perkecambahan biji, pertumbuhan tunas, pertumbuhan daun, merangsang pembungaan, perkembangan buah, perpanjangan batang, serta deferensiasi akar.

Pemberian giberelin di bawah tajuk tumbuhan dapat meningkatkan laju fotosintesis. Daun tumbuhan berkembang secara signifikan karena hormon ini memacu pertumbuhan daun, terjadi peningkatan pembelahan sel dan pertumbuhan sel yang mengarah pada perkembangan daun. Selain itu juga memacu pemanjangan batang tumbuhan.
 

4. ETILENA/ETENA/GAS ETILEN
Zat pengatur tumbuh (ZPT) ini adalah satu-satunya hormon yang hanya terdiri dari satu substansi saja, yaitu etena. Etena atau etilena ini merupakan senyawa alkena yang paling sederhana karena hanya terdiri dari 2 atom karbon, dan 4 atom hidrogen. Unsur-unsur ini terhubung oleh ikatan rangkap. Adanya ikatan rangkap penghubung inilah etena juga disebut sebagai olefin (hidrokarbon tak jenuh). Pada tumbuhan, senyawa etilen dijumpai dalam bentuk gas sehingga disebut juga sebagai gas etilen. Pada buah, proses pembusukan mengeluarkan gas ini, karena gas etilen dihasilkan oleh tumbuhan untuk melakukan proses senesens. Proses senesens merupakan proses penuaan yang irreversible (tidak dapat kembali), akhirnya menuju pembusukan. Selain etilen berperan dalam pematangan buah, gas etilen juga berperan dalam pengguguran daun.

Dalam pertumbuhan, etilen mempunyai banyak fungsi, yaitu membantu pemasakan buah, memacu pembungaan, merangsang pemekaran bunga, merangsang pertumbuhan akar dan batang tumbuhan, merangsang absisi (pengguguran) buah dan daun, memacu perkecambahan biji, menghambat pemanjangan batang kecambah, memperkokoh pertumbuhan batang tumbuhan, serta mengakhiri masa dormansi.
Bersama-sama dengan giberelin, etilen berfungsi dalam mengatur perbandingan bunga jantan dan betina pada tumbuhan berumah satu.

Sebetulnya para petani sudah sering memanfaatkan etena dalam kehidupan sehari-hari, seperti pada saat melakukan pemeraman buah.
Bahkan dalam beberapa masalah mereka juga menggunakan etilen sintetik seperti ethephon (asam 2-kloroetil-fosfonat) dengan merk dagang Ethrel untuk membantu pemasakan cabe, beta-hidroksil-etilhidrazina (BOH) untuk memacu pembentukan bunga pada tanaman nanas, maupun pengarbitan buah untuk mempercepat proses pemasakan.
 

5. TRIAKONTANOL
Triakontanol (TRIA) merupakan senyawa yang tidak larut dalam air, terdiri dari 30 karbon dan merupakan alkohol primer jenuh.
ZPT ini berpotensi meningkatkan hasil tanaman, meskipun mekanisme kerjanya belum sepenuhnya diketahui. Pada berbagai penelitian, triakontanol berfungsi meningkatkan rasio gula asam pada budidaya jeruk, serta mampu meningkatkan produksi teh.
Penyemprotan hormon triakontanol dengan konsentrasi rendah pada daun kecambah seperti pada tanaman jagung, tomat, padi menunjukkan peningkatan pertumbuhan.


6. INHIBITOR
Inhibitor merupakan salah satu jenis zpt yang menghambat atau menurunkan laju reaksi kimia, tersebar di setiap organ tumbuhan, dan menghambat pertumbuhan batang. Pada fase dormansi inhibitor bekerja dengan baik. Hormon jenis ini juga ditemukan pada fase pertumbuhan pucuk tumbuhan dan fase perkecambahan.

Tumbuhan akan membentuk inhibitor secara alami yang disebut dengan asam ABA (Asam absisat). Meskipun demikian penambahan hormon juga dihasilkan oleh cendawan dan alga hijau. Asam absisat memiliki 15 atom karbon dan merupakan molekul seskuiterpenoid.
Penerapan hormon inhibitor dalam budidaya pertanian adalah ketika akan mencegah pertunasan baru dan memperbesar umbi tanaman. Diharapkan dengan ZPT ini, pertumbuhan umbi menjadi optimal. Penggunaan inhibitor banyak dimanfaatkan petani untuk membantu mengoptimalkan hasil tanaman berumbi seperti pada budidaya kentang, budidaya bawang, dan sejenisnya.


7. PACLOBUTRAZOL
Paclobutrazol merupakan salah satu jenis hormon yang berfungsi menghambat biosistesis giberelin. Pemakaian hormon ini dapat membantu pohon berbuah di luar musim. Pertumbuhan vegetatif tanaman terhambat yang akhirnya memacu pertumbuhan generatif. Pohon berhenti tumbuh (terhambat) diikuti munculnya kuncup bunga yang akhirnya menghasilkan buah.




Pupuk daun dan tanaman organik cair (PDTO) produksi  Bioorganik BMC, mengandung hormon auksin, giberelin dan sitokinin.

pH Tanah

Aktivitas di dunia pertanian yang berlangsung terus menerus ternyata dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan pH tanah setempat. Pemberian pupuk yang mengandung ion H, seperti urea dan ZA dapat menyumbang penurunan pH tanah atau meningkatkan keasaman tanah. Pelepasan ion H selain melalui pemberian pupuk juga dapat disebabkan adanya pelepasan ion H oleh akar tanaman itu sendiri.

Seperti kita ketahui, bahwa reaksi yang menghasilkan ion H adalah reaksi yang dapat menurunkan pH tanah. Pangangkatan kation basa dalam kegiatan panen dan penambahan ion organik dalam bentuk bahan organik sisa panen juga ikut mempengaruhi penurunan pH tanah. Kation basa yang mestinya berperan untuk meningkatkan keasaman tanah harus diangkat dari tanah dalam bentuk hasil panen.

Aktivitas pertanian lain yang juga ikut menyumbang penurunan pH tanah adalah nitrifikasi nitrogen dan proses mineralisasi. Diantara aktivitas tersebut di atas, pengaruh terbesar dalam penurunan pH tanah adalah aktivitas pemupukan. Oleh karena itu, pemberian pupuk pelepas ion H hendaknya disertai dengan pemberian kapur, sehingga proses penyerapan unsur hara oleh akar tanaman akan lebih optimal dalam keasaman yang lebih rendah.

Pemberian pupuk yang melepaskan ion H apabila tidak diimbangi dengan pemberian kapur maka hal itu akan mempertinggi keasaman tanah. Dengan demikian, dalam jangka waktu tertentu tingkat kesuburan tanah menjadi berkurang, sehingga setiap periode penanaman petani harus meningkatkan volume pemberian pupuk.


Peningkatan volume pemberian pupuk pada setiap kali periode tanam tentu saja akan meningkatkan biaya produksi petani. Hal tersebut diperparah dengan ketahanan tanaman yang semakin rentan terhadap serangan hama penyakit karena ketidakseimbangan serapan unsur hara oleh akar tanaman. Dominasi pemberian dan serapan unsur hara tertentu akan menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama penyakit.

Sebagai gambaran untuk memperjelas uraian di atas adalah pemberian pupuk urea atau ZA yang sangat mempengaruhi peningkatan keasaman atau penurunan pH tanah. Setiap molekul pupuk urea atau ZA yang diberikan dalam proses pemupukan, akan melepaskan sebanyak 4 ion H.

Oleh karena reaksi tersebut, pada saat pemberian pupuk yang mengandung nitrogen tinggi sebaiknya juga diikuti dengan pemberian kapur atau kalsium, sehingga pH tanah akan tetap stabil dan serapan terhadap pupuk yang diberikan akan lebih optimal. Jumlah pemberian kapur setiap pemupukan idealnya berdasarkan kondisi pH setempat.

Tetapi secara umum, untuk menstabilkan kondisi pH tanah, maka pemberian kapur dolomit yang dibutuhkan adalah 1.62 kg kapur/kg urea atau 1.50 kg kapur/kg ZA. Dengan diimbangi pemberian kapur pertanian tersebut, diharapkan dalam jangka waktu yang lebih lama kondisi pH tanah tetap stabil. Kondisi pH yang mendekati netral akan meningkatkan produktivitas dan hasil panen petani. Tentu saja akan mempengaruhi tingkat keuntungan dari usaha agribisnis pertanian tersebut.

Selain itu, pemberian pupuk phosphat dan bahan organik yang belum terdekomposisi juga dapat menurunkan pH tanah. Dengan asumsi ini, pemberian bahan organik sebaiknya dalam bentuk pupuk organik yang sudah terdekomposisi atau telah melalui proses pengomposan, sehingga bahan organik tersebut tidak berperan dalam pelepasan ion H.

Selain itu, pemberian bahan organik yang telah melalui proses dekomposisi justru dapat meningkatkan pH tanah. Namun demikian, asumsi tersebut tidak begitu berlaku jika diterapkan di daerah pegunungan, karena suhu udara pengunungan sangat rendah. Pemberian bahan organik yang masih segar bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan suhu tanah.

Oleh karena itu, penggunaan pupuk cair organik Bioorganik BMC sangat diperlukan untuk meningkatkan PH tanah dan menyehatkan serta menyuburkan tanah pertanian dan perkebunan.

Pengetahuan Tentang Pembasmi Hama Tanaman (Pestisida)

Pestisida adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu. Dalam dunia pertanian, pestisida memegang peranan penting demi terwujudnya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.

Hampir semua sektor pertanian, terutama sektor budidaya tanaman, baik hortikultura maupun tanaman panggan, menggunakan pestisida sebagai salah satu sarana pengendalian organisme pengganggu tanaman atau OPT, bahkan banyak para petani yang bergantung pada peran pestisida.

Namun, penggunaan secara tidak terukur dan tidak memahami cara kerja pestisida yang digunakan justru dapat membahayakan lingkungan dan kesehatan, baik pengguna maupun konsumen dari produk pertanian yang bersangkutan. Oleh karena itulah, artikel ini sengaja kami buat dengan harapan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat dalam dunia pertanian.

Rabu, 15 April 2015

Donwload Brosur dan Pelatihan Pupuk BMC

Download Brosur Pupuk Bimcia

Silahkan download disini


Download Pelatihan Pupuk Bimcia  

Silahkan download disini

Bukti Penggunaan STOC

Berikut ini salah contoh penggunaan suplemen organik cair pada kambing. Kambing tersebut lahap memakan daun meskipun daun tersebut sudah kering.


Download Proposal Kerjasama Pemberdayaan Potensi Desa

Silahkan download disini
 

Info

Bagi para petani yang ingin bergabung dengan Kelompok Tani Bina Mitra Cendikia, Silahkan menghubungi bapak Indra Kusuma.

Lokasi

Desa Pakuniran RT.9 RW.3
Kecamatan Maesan
Kabupaten Bondowoso
Provinsi Jawa Timur

Perijinan

SIUP : 503.510/103/430.11.11/2015
SITU : 503.650.2/070/430.11.11/2015
TDP : 130554708490
TDI : 503/14/403.11.11/2016
NIB : 2802230001338