Aktivitas di dunia pertanian yang berlangsung terus menerus ternyata dapat memberikan pengaruh terhadap penurunan pH tanah setempat. Pemberian pupuk yang mengandung ion H, seperti urea dan ZA dapat menyumbang penurunan pH tanah atau meningkatkan keasaman tanah. Pelepasan ion H selain melalui pemberian pupuk juga dapat disebabkan adanya pelepasan ion H oleh akar tanaman itu sendiri.
Seperti kita ketahui, bahwa reaksi yang menghasilkan ion H adalah reaksi yang dapat menurunkan pH tanah. Pangangkatan kation basa dalam kegiatan panen dan penambahan ion organik dalam bentuk bahan organik sisa panen juga ikut mempengaruhi penurunan pH tanah. Kation basa yang mestinya berperan untuk meningkatkan keasaman tanah harus diangkat dari tanah dalam bentuk hasil panen.
Aktivitas pertanian lain yang juga ikut menyumbang penurunan pH tanah adalah nitrifikasi nitrogen dan proses mineralisasi. Diantara aktivitas tersebut di atas, pengaruh terbesar dalam penurunan pH tanah adalah aktivitas pemupukan. Oleh karena itu, pemberian pupuk pelepas ion H hendaknya disertai dengan pemberian kapur, sehingga proses penyerapan unsur hara oleh akar tanaman akan lebih optimal dalam keasaman yang lebih rendah.
Pemberian pupuk yang melepaskan ion H apabila tidak diimbangi dengan pemberian kapur maka hal itu akan mempertinggi keasaman tanah. Dengan demikian, dalam jangka waktu tertentu tingkat kesuburan tanah menjadi berkurang, sehingga setiap periode penanaman petani harus meningkatkan volume pemberian pupuk.
Peningkatan volume pemberian pupuk pada setiap kali periode tanam tentu saja akan meningkatkan biaya produksi petani. Hal tersebut diperparah dengan ketahanan tanaman yang semakin rentan terhadap serangan hama penyakit karena ketidakseimbangan serapan unsur hara oleh akar tanaman. Dominasi pemberian dan serapan unsur hara tertentu akan menimbulkan ketidakseimbangan nutrisi tanaman, sehingga pertumbuhan tanaman lebih rentan terhadap serangan hama penyakit.
Sebagai gambaran untuk memperjelas uraian di atas adalah pemberian pupuk urea atau ZA yang sangat mempengaruhi peningkatan keasaman atau penurunan pH tanah. Setiap molekul pupuk urea atau ZA yang diberikan dalam proses pemupukan, akan melepaskan sebanyak 4 ion H.
Oleh karena reaksi tersebut, pada saat pemberian pupuk yang mengandung nitrogen tinggi sebaiknya juga diikuti dengan pemberian kapur atau kalsium, sehingga pH tanah akan tetap stabil dan serapan terhadap pupuk yang diberikan akan lebih optimal. Jumlah pemberian kapur setiap pemupukan idealnya berdasarkan kondisi pH setempat.
Tetapi secara umum, untuk menstabilkan kondisi pH tanah, maka pemberian kapur dolomit yang dibutuhkan adalah 1.62 kg kapur/kg urea atau 1.50 kg kapur/kg ZA. Dengan diimbangi pemberian kapur pertanian tersebut, diharapkan dalam jangka waktu yang lebih lama kondisi pH tanah tetap stabil. Kondisi pH yang mendekati netral akan meningkatkan produktivitas dan hasil panen petani. Tentu saja akan mempengaruhi tingkat keuntungan dari usaha agribisnis pertanian tersebut.
Selain itu, pemberian pupuk phosphat dan bahan organik yang belum terdekomposisi juga dapat menurunkan pH tanah. Dengan asumsi ini, pemberian bahan organik sebaiknya dalam bentuk pupuk organik yang sudah terdekomposisi atau telah melalui proses pengomposan, sehingga bahan organik tersebut tidak berperan dalam pelepasan ion H.
Selain itu, pemberian bahan organik yang telah melalui proses dekomposisi justru dapat meningkatkan pH tanah. Namun demikian, asumsi tersebut tidak begitu berlaku jika diterapkan di daerah pegunungan, karena suhu udara pengunungan sangat rendah. Pemberian bahan organik yang masih segar bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan suhu tanah.
Oleh karena itu, penggunaan pupuk cair organik Bioorganik BMC sangat diperlukan untuk meningkatkan PH tanah dan menyehatkan serta menyuburkan tanah pertanian dan perkebunan.